Minggu, 02 Januari 2011

Burung Cenderawasih Botak (Cicinnurus respublica)


Burung Cenderawasih Botak (Cicinnurus respublica)
                                                            oleh: Alfa Sandy Aprazah, S.Hut.




Burung Cenderawasih Botak (Cicinnurus respublica) merupakan salah satu satwa endemik Indonesia di bagian timur garis Wallace yang dilindungi. Burung ini ditemukan di daerah dataran rendah dengan ketinggian diatas 300 mdpl di Pulau Waigeo dan Batanta, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Ahli hewan Jerman yang bernama Heinrich Agathon Bernstein menemukan habitat Cendrawasih Botak di pulau Waigeo. Burung ini terkadang juga biasa disebut “dewata si raja kecil” atau burung dewata Wilson.
Cendrawasih Botak atau dalam nama ilmiahnya Cicinnurus respublica adalah sejenis burung pengicau berukuran kecil, dengan panjang sekitar 21 cm, dari marga Cicinnurus. Burung jantan dewasa memiliki bulu berwarna merah dan hitam dengan tengkuk berwarna kuning, mulut hijau terang, kaki berwarna biru dan dua bulu ekor ungu melingkar. Kulit kepalanya berwarna biru muda terang dengan pola salib ganda hitam. Burung betina berwarna coklat dengan kulit kepala biru muda. Burung ini mempunyai banyak keunikan. Kombinasi warna bulu yang sangat lucu dan perilakunya untuk memperagakan diri terutama pada burung jantan yang gemar menari merupakan ciri tersendiri pada burung ini. Burung ini dinamakan botak karena pada bagian atas kepalanya tidak terdapat bulu. Bagian ini membentuk petak – petak yang berwarna kelabu kebiruan. Di setiap petak dibatasi bulu pendek yang berwarna coklat hitam megkilat, sehingga beberapa orang ada yang menyebutkan burung belah rotan. Bulu hias ini, seperti sisir rapat dan melengkung, membentuk spiral hitam dengan bulatan kehijauan. Warna bulu punggung di bagian depan kuning, kemudian diikuti warna coklat kemerahan. Bulu dada hijau melatik dengan batas yang jelas pada perut bagian belakang. Pada yang betina, warna bulu lebih sederhana, yaitu coklat kemerahan di bagian punggung, sedangkan dada coklat muda. Demikian juga warna bulu di bagian perut.
Burung jantan memperagakan diri di tempat pentas di atas tanah yang berdiameter 1 m, bahkan ada yang hampir berdiameter 6 m. Tempat arena dibersihkan dari daun – daunan dan ranting. Kemudian, burung jantan memetik pucuk daun muda dari pohon yang pendek di sekitar arena tersebut. Burung ini juga mengeluarkan suara yang keras dan tajam. Dengan bertengger pada puncak pohon tertinggi, suara ini diulang 5 atau 6 kali.bunyi suara tertinggi dan terakhir seperti suara cemeti. Jantan memiliki daftar kicauan mirip dengan cenderawasih belah-rotan, yaitu rangkaian nada parau diulang dan rangkaian nada jernih diulang: too too too too too too too whit..
Makanan burung ini berupa buah – buahan dan serangga. Kalau mendapatkan belalang yang besar, maka bagian kaki dan antenanya dibuang. Kelakuan berbiaknya belum banyak diketahui.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, serta populasi dan daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Cendrawasih Botak dievaluasikan sebagai beresiko hampir terancam di dalam IUCN Red List. Burung ini didaftarkan dalam CITES Appendix II.
Burung cenderawasih botak ini termasuk satwa yang tergolong hampir terancam. Klasifikasi secara ilmiah burung ini (Bonaparte, 1850) yaitu :

·         Kerajaan          = Animalia
·         Fillum              = Chordata
·         Kelas               = Aves
·         Ordo                = Passeriformes
·         Famili              = Paradisaeidae
·         Genus              = Cicinnurus
·         Spesies            = Cicinnurus respublica


Referensi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Cendrawasih_Botak
Adhikerana, Asep Sunjaya, dkk.. 1986. Burung Indonesia Timur. Lembaga Biologi Nasional (LIPI). Bogor.
Beehler, Bruce M., dkk.. 2001. Burung - Burung di Kawasan Papua. Puslitbang Biologi(LIPI). Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar